Imam
Al-ghazali menjelaskan dalam kitab monumentalnya ihya’ ulumiddin bahwasanya
bersedih dan menangis adalah salah satu
hal yang di sunnahkan dan di anjurkan dalam membaca Al-qur’an sebagai mana
dalam hadist- hadist berikut:
اتلوالقران وابكوا فان لم تبكوا فتباكوا
”bacalah Al-qur’an dan
menangislah apa bila engkau tidak bisa menangis maka berpur-puralah menangis”
ان القران نزل بحزن فاذا قرأتموه فتحازنوا
“Sesunguhnya Al-qur’an
diturunkan dengan kesedihan maka apabila kalian membaca Al-quran maka
bersedihlah”
Sholeh Al-marri bercerita: “aku membaca Al-qur’an kepada Rasulullah dalam mimpi kemudian
Rasulullah berkata wahai sholeh ini adalah bacaan lalau mana tangisan?”
Ibnu abbas berkata :”apa bila kalian membaca ayat sajadah dari surat subhana,
maka janganlah kalian terburu-buru untuk
sujud sehingga kalian menangis apabila mata salah satu dari kalian tidak bisa
menangis maka hendaknya hatinya-lah yang menangis
Itulah hadist-hadist dan cerita serta atsar
yang menjelaskan bahwasanya menangis adalah salah satu hal yang dianjurkan
dalam membaca Al-qur’an
Kemudian imam hujjatul islam
Al-ghazali menjelaskan cara-cara yang dapat membuat seseorang menangis
ketika membaca Al-qur’an pertama,
dengan mengingat dan merenungi terhadap anacaman dan janji-janji yang terdapat
dalam Al-qur’an, kemudian dia merenungi kesembronoannya terhadap perintah dan
larangan-larangan serta peringatan yang telah
ditetapkan oleh Allah, pasti dia akan sedih dan menangis, namun apabila
kesediahan Dan air mata tidak juga menghadirinya sebagai mana kesedihan dan
airmata itu selalu hadir pada orang-orang
yang memiliki hati yang jernih maka hendaknya ia menangisi ketidak mampuannya
untuk menghadirkan kesedihan dan airmata ketika membaca Al-qur’an karena hal
itu (ketidak mampuan untuk menghadirkan
kesedihan dan air mata ketika membaca Al-qura’an) adalah musibah yang paling
besar {masya’allah}
Dari penjelasan hujjatul islam diatas
kita dapat menyimpulkan bahwasanya cara untuk menghadirkan rasa sedih dan
airmata berpusat pada tdabbur {mengangan-angan} maka agar tadabbur itu
bisa dilakukan seseorang haruslah membaca Al-qur’an dengan tartil karena
tartil sangat membantu untuk tadabbur dan tafakkur, adapun tartil
yang dimaksud disini adalah membaca dengan tidak tergesa-gesa sebagaiman yang
di jelskan oleh ummu salmah ketika
dia menggambarkan bacaan nabi Muhammad
فاذاهي تنعت قرأة مفسرةحرفاحرفا
Maka di mensifati bacaan (Rasulullah) yang menjelaskan
huruf perhuruf
Ibnu abbas berkata: sungguh aku membaca Al-baqarah dan Ali imran dan aku
mentartilakan serta merenungkan keduanya itu lebih aku senangi dari pada aku
membaca dengan tergesah gesah
Imam mujahid ditanya tentang dua
laki-laki yang sama-sama mengerjakan sholat, berdirinya kedua orang tadi sama
lama, hanya saja salah satau dari kedua orang itu hanya membaca Al-baqarah
sedangkan satunya lagi membadca Al-qur’an seluruhnya kemudian beliau menjawab;
pahala keduanya sama
Itulah
penjelasan hujjatul islam mengenai ksunnatan bersedih daan menangis
ketika membaca Al-qur’an serta cara-cara agar seseorang bisa merasakan
ni’matnya tangisan disa’at membaca Al-qur’an, semoga kita termasuk orang-orang
yang diberi kemampuan untuk meni’mati manisnya bersedih dan menangis ketika
membaca Al-qur’an dengan taril dan tadabbur meskipun dengan berpura-pura (tabakki)
pada awwalnya sehingga kita tidak tertimapa musibah besar sebagai mana
dijelaskan oleh hujjatul islam karena ketidak mampuan untuk bersedih dan
menangis ketika membaca Al-quran